ARTI MELAYANI
Pada suatu hari
seorang pengemis wanita yang dikenal dengan sebutan "Bag Lady" (karena segala harta bendanya hanya
termuat dalam sebuah tas yang ia jinjing kemana-mana sambil mengemis) memasuki sebuah dept. store yang mewah sekali. Hari-hari itu adalah menjelang hari raya. Toko itu dihias dengan indah sekali. Lantainya semua dilapisi karpet yang
baru dan indah. Pengemis ini tanpa ragu-ragu memasuki toko ini. Bajunya
kotor dan penuh lubang-lubang.
Badannya mungkin sudah tidak mandi berminggu-minggu. Bau badan menyengat hidung.
Ketika itu
seorang hamba Tuhan (wanita) mengikutinya dari belakang. Ia berjaga-jaga, kalau petugas sekuriti toko itu
mengusir pengemis ini, sang hamba Tuhan
mungkin dapat membela atau membantunya. Wah, tentu pemilik atau pengurus toko mewah ini tidak ingin ada pengemis kotor dan bau mengganggu para pelanggan terhormat yang ada di toko itu.
Begitu pikir sang hamba Tuhan itu.
Tetapi pengemis
ini dapat terus masuk ke bagian-bagian dalam toko itu. Tak ada petugas keamanan yang mencegat dan
mengusirnya. Aneh ya?! Padahal, para pelanggan lain berlalu lalang di situ dengan setelan jas atau gaun yang
mewah dan mahal.
Di tengah dept. store
itu ada piano besar (grand piano) yang dimainkan seorang pianis dengan jas tuksedo, mengiringi para
penyanyi yang menyanyikan lagu-lagu klasik dengan gaun yang indah. Suasana
di toko itu tidak cocok sekali bagi si
pengemis wanita itu. Ia nampak seperti makhluk aneh di lingkungan gemerlapan itu. Tetapi sang 'Bag
lady" jalan terus. Sang hamba Tuhan itu juga mengikuti terus dari jarak tertentu.
Rupanya pengemis
itu mencari sesuatu dibagian Gaun Wanita. Ia mendatangi counter paling eksklusif yang memajang gaun-gaun mahal bermerek dengan harga diatas puluhan juta. Baju-baju yang mahal dan mewah! Apa yang dikerjakan
pengemis ini? Sang pelayan
bertanya, "Apa yang dapat saya bantu bagi anda?" "Saya ingin
mencoba gaun merah muda itu?" Kalau anda ada di posisi sang pelayan itu, bagaimana respon anda?
Wah, kalau
pengemis ini mencobanya tentu gaun-gaun mahal itu akan jadi kotor dan bau, dan pelanggan lain yang melihat mungkin akan jijik membeli baju-baju ini setelah dia pakai. Apalagi bau badan
orang ini begitu menyengat, tentu
akan merusak gaun-gaun itu. Tetapi mari kita dengarkan apa jawaban sang pelayan toko mewah itu.
"Berapa ukuran yang
anda perlukan?" "Tidak
tahu!" "Baiklah,
mari saya ukur dulu." Pelayan itu mengambil pita meteran, mendekati
pengemis itu, mengukur bahu, pinggang, dan
panjang badannya. Bau menusuk hidung terhirup ketika ia berdekatan dengan pengemis ini, ia acuhkan saja.
Ia layani pengemis ini seperti satu-satunya pelanggan terhormat yang mengunjungi counternya.
"OK, saya
sudah dapatkan nomor yang pas untuk nyonya! Cobalah yang ini!" Ia
memberikan gaun itu untuk dicoba di kamar pas. "Ah, yang ini kurang cocok untuk saya. Apakah
saya boleh mencoba yang lain?" "Oh, tentu!" Kurang lebih dua
jam pelayan ini menghabiskan waktunya untuk melayani sang "Bag Lady". Apakah pengemis ini akhirnya
membeli salah satu gaun yang dicobanya? Tentu
saja tidak! Gaun seharga puluhan juta rupiah itu jauh dari jangkauan kemampuan keuangannya.
Pengemis itu
kemudian berlalu begitu saja, tetapi dengan kepala tegak karena ia telah diperlakukan sebagai layaknya seorang manusia. Biasanya ia dipandang sebelah mata. Hari itu ada seorang
pelayan toko yang melayaninya, yang menganggapnya seperti orang penting, yang mau
mendengarkan permintaannya.
Tetapi mengapa
pelayan toko itu repot-repot melayaninya? Bukankah kedatangan pengemis itu membuang-buang waktu dan perlu biaya bagi toko itu? Toko itu harus mengirim gaun-gaun yang sudah dicoba itu ke
laundry, dicuci bersih agar kembali
tampak indah dan tidak bau. Pertanyaan ini juga mengganggu sang hamba Tuhan yang memperhatikan apa yang terjadi di
counter itu. Kemudian hamba
Tuhan ini bertanya kepada pelayan toko itu setelah ia selesai melayani tamu "istimewa"-nya. "Mengapa anda membiarkan
pengemis itu mencoba gaun-gaun indah ini?" "Oh, memang tugas saya adalah melayani dan
berbuat baik!" "Tetapi, anda 'kan tahu bahwa pengemis itu tidak
mungkin sanggup membeli gaun-gaun mahal
ini?"
"Maaf, soal itu
bukan urusan saya. Saya tidak dalam posisi untuk menilai atau menghakimi para pelanggan saya. Tugas saya
adalah untuk melayani dan berbuat
baik." Hamba Tuhan ini
tersentak kaget.
Di jaman yang
penuh keduniawian ini ternyata masih ada orang-orang yang tugasnya adalah melayani dan berbuat baik tanpa
perlu menghakimi orang lain. Hamba
Tuhan ini akhirnya memutuskan untuk membawakan khotbah pada kebaktian berikutnya dengan thema
"Injil Menurut Toko Serba Ada".
Khotbah ini
menyentuh banyak orang, dan kemudian diberitakan di halaman-halaman surat kabar di kota itu. Berita
itu menggugah banyak orang sehingga mereka
juga ingin dilayani di toko yang eksklusif ini. Pengemis wanita itu tidak membeli apa-apa, tidak memberi
keuntungan apa-apa, tetapi akibat perlakuan
istimewa toko itu kepadanya, hasil penjualan toko itu meningkat drastis, sehingga pada bulan itu
keuntungan naik 48 %!
0 komentar:
Posting Komentar